“Oleh sebab itu, dalam sarasehan restorasi ini, saya mengajak warga Jogjakarta bersatu dan bergotongroyong. Kuatkan kembali solidaritas bangsa dengan mempererat kohensi sosial antar warga,” kata Sri Sultan.
Sri Sultan juga menyampaikan Gerbang Praja dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya yang dalam hal ini aksara Jawa guna membentuk nilai dan tatanan hidup masyarakat yang guyub rukun.
“Karena bahasa dan aksara adalah budaya yang tumbuh paling awal. Membaca dan menulis adalah dasar untuk berbahasa. Intinya, kita membaca masa lalu, menulis masa depan,” tutur Sri Sultan di hadapan undangan termasuk Kapolda DI Yogyakarta Brigjen Pol Drs. H. Ahmad Dofiri, M.Sc, pejabat Forkopimda DIY, Sekda DIY Ir. Gatot Saptadi, pejabat OPD Pemda DIY dan lainnya.
Kepala Dinas Sosial DIY Drs. Untung Sukaryadi, MM mengatakan, generasi muda saat ini terkesan semakin enggan menunjukkan identitas sosialnya dalam berinteraksi. Untuk itu, program ini sebagai bentuk melahirkan generasi Jawa modern tanpa kehilangan identitasnya sosial dan budaya.
“Kita membutuhkan generasi Jawa modern yang ideal, yang dapat membuka kesadaran literatif atas filosofi budaya Jawa. Yang kita tahu disanalah tersimpan nilai-nilai, konsepsi etik dan moral. Ini yang bisa diwariskan kepada generasi muda kita,” jelasnya.
Program restorasi sosial ini juga sebagai wujud mengenalkan sebuah konsepsi gerakan yang semoga mampu menjadi hulu ledak kesadaran sosial - budaya kita yakni bangga menggunakan aksara jawa.
“Agar program restorasi sosial ini berjalan akseleratif dan produktif, maka perlu dukungan semua pihak untuk melakukan gerakan secara bersama-sama yang melibatkan semua unsur dan lintas masyarakat serta pemangku kepentingan,” lanjutnya.
Dinas Sosial dalam menumbuhkembangkan kesadaran penggunaan aksara Jawa dengan program restorasi sosial mempunyai alasan mendasar yakni semangat keistimewaan Jogjakarta agar bisa dirasakan oleh semua pihak dalam aspek membangkitkan kembali kebanggaan milik kita. Aksara membangun perdamaian dan karakter bangsa, aksara merupakan identitas sosiokultural suatu bangsa, dan aksara merupakan symbol perekat dan pemerkuat nasionalisme. Contohnya Jepang, Korea, Cina.
“Keempat alasan dasar tersebut sebagai pijakan restorasi sosial Dinas Sosial yang memiliki kesesuaian dengan Nawacita yang kesembilan,” tambahnya. (rk)
HUMAS DIY