Sebuah Kisah --sesederhana apapun-- penting diceritakan. Apalagi itu menyangkut sejarah yg kita pernah pelajari. Barangkali ketika kita bertanya pada pengunjung di bukit Bangkel itu tentang siapa Ki Hajar Dewantara atau dr. Suwardi Suryaningrat? Dugaan saya banyak dari mereka yang tahu. Tapi, bertanyalah pada mereka, siapa Ki Sutatmo Suryokusumo? Mungkin saja tidak banyak yg mengerti.
Sebuah tempat wisata --dalam pandangan saya-- jika berdekatan dengan sebuah tempat yg memiliki nilai kesejarahan semestinya tidak terpisahkan. Tanggung jawab pengelola diantaranya mencari cara bagaimana kita datang tak sekadar menikmati senja dan selfie saja. Tetapi juga bagaimana mengenalkan bahwa di puncak bukit Bangkel itu, kita juga dapat pengetahuan tentang jasad siapa bersemayam di makam keluarga itu?
Barangkali, jika tak ada Ki Sutatmo yg selalu memanggil sepupunya itu dengan sebutan Ki Ajar, saat ini kita barangkali tidak tahu Ki Hajar Dewantara. Kita sebatas mengenalnya sebagai dr. Suwardi Suryaningrat. Karena cara sepupunya memanggil dr. Suwardi dengan sebutan Ki Ajar, maka di usia tuanya, dr. Suwardi mengubah namanya menjad Ki Hajar Dewantara, tokoh Budhi Utomo yg kita kenal itu.
Ki Sutatmo, sepupu dr. Suwardi itu, dimakamkan di Bukit Bangkel Srimulyo. Di Desa dengan begitu banyak jejak sejarah, tapi seperti tak tersentuh. Ah, saya sudah berziarah ke sana pada sebuah senja yang sendu. Melihat dari dekat, bagaimana bukit Bangkel menggeliat.
Ledhok Bintaran, Oktober 2020
By Akhmad Fikri AF.